Rabu, 04 November 2015

WAHAI MUSLIMAH, JANGAN TAKUT BERHIJRAH KARENA ALLAH BERSAMA KITA

Asslaamu'alaykum akhawatyfillah...
Bismillah, berawal dari pengalaman sendiri yang tengah sekian waktu terjerat dalam lubang kemaksiatan.. memulai perlahan untuk memperbaiki diri walau tertatih..
Salam kenal, nama saya Pargawati.. biasa teman2 memanggil saya Parga..
Seperti perempuan muda pada umumnya, sebelumnya saya pun tidak pernah menghiraukan apa perintah dan apa larangan Allah... saya tidak kenal apa itu syariat, apa itu Tauhid, apa itu Fiqih, apa itu Aqidah.. yang saya tau, Islam hanya sebatas shalat, puasa, zakat, haji.. ya sebatas itu..
berpakaian sekedar menutup rambut, dengan bercelana, kerudung yang transparan.. membaca Al Qurán sekedarnya.. pergi ta'lim tidak pernah.. main jadi hobby.. ikhtilat dianggap biasa.. juga berpacaran dianggap lazim..


walaupun demikian, banyak yang mengatakan saya orang baik, iya mungkin dinilai baik karena yang menilai orang2 awam... saya memang tidak tau apa itu hijab syarí.. sebelumnya meskipun saya belum berhijab syarí tetapi memang tidak suka memakai celana ketat, always celana training.. wherever I go hihi.. baju pun saya suka memakai kaos oblong, jadi emang gak suka pakai yang ketat.. gak suka pergi2 gak jelas, walaupun punya pacar gak pernah dari jaman bahola sampe sejauh itu pergi keluar malam sama pacar, biasanya pacaran identik dengan malam minggu, tapi seumur 21th ini belum pernah blass tau yang namanya malam minggu di alun2, atau sekedar jalan2 keluar,, kepikirannya cuma ngabisin waktu gak penting..


sebelumnya juga saya termasuk remaja masjid, biasa diminta bantu mengajar anak2 mengaji, bahkan shalat pun selalu berjamaah di masjid,, selalu terlibat dalam kepanitiaan, seperti acara khataman, Idul Fitri, Idul Adha, dll...

Sampai akhirnya saya mendapatkan info lowongan kerja di Salatiga, setelah bertekad karena infonya dari facebook, orang tua juga takut infonya fiktif tetapi saya yakin karena diinternet memang tercantum untuk perusahaan tersebut..

Disinilah semua cerita hijrah saya dimulai,,
Saat saya di Salatiga, saya bekerja di sebuah perusahaan yg bergerak di bidang design and printing, kebetulan saya bagian administrasi.. disana juga sudah disediakan mess..
Sesampainya disana, saya melihat seorang wanita bercadar sedang berdiri di depan Kamar Mandi karena di dalam ada orang, kebetulan saya sampai disana sekitar pukul 16.05, ke kamar mandi hendak berwudhu..
Saya senyum ke arah mba tadi, dan nampak sepasang mata dibalik cadarnya menyipit, pertanda dia berbalik senyum kepada saya..
Belum sempat ngobrol dia langsung masuk, dan setelah keluar bergantian saya yang masuk..

Setelah malam hari saya diantar Ibu Owner ke tempat istirahat, iya kamar berukuran 3x4,5m dengan diisi tempat tidur, lemari, dan tempat setrika, ah sempit sekali..
Karena badan juga sudah capek sekali, setelah perjalanan 8jam dr Cilacap - Salatiga.. dan harus langsung berkutat dengan pekerjaan,, letih memang jadi langsung ku ambrukkan tubuh ke kasur..
Tiba2 .... Tok... tokk.. tokk...
Ada yang mengetuk pintu, ku pikir itu mba Khusnul,, admin lain yang bekerja disana..
Sembari pelan2 pintu ku buka, dengan sedikit mengumpat di balik pintu karena sudah  buka kerudung.. ternyata dia adalah wanita bercadar itu,, ada rasa deg2an gimana saat tau ternyata dia sekamar denganku hehe..
Saat itu kita banyak mengobrol, ternyata namanya mba Bida.. dia orang Jombang, kami banyak bercerita mengenai diri masing2.. nah karena saya memang orang Cilacap, jadi bahasa yang dipakai ya bahasa ngapak.. setiap saya berbicara selalu dia tertawa katanya bahasanya lucu.. ternyata orang bercadar gak menakutkan kok yaa,, gak fanatik,, gak kaku,, sama aja kaya yang lainnya.. salah penilain orang, selama ini orang bercadar selalu dinilai fanatik, dan menutup diri kepada orang lain.. padahal kalau kita mengenal dekat mereka gak seperti itu..

Karena kita setiap hari ketemu, saya banyak tanya tentang agama.. saya banyak belajar dari dia, mulai dari bertilawah.. saya mengaji dia menyimak, semisal ada kesalahan dia akan memperbaiki, pikirku wah maa syaa Allah, ternyata dia Hafidzah.. jadi tanpa membuka Al Qurán dia sudah hafal.. kemudian yang tidak pernah tahajud, selalu dia membantu membangunkan.. "Ga, meh melu shalat Tahajud gak?" (Ga, mau ikut shalat Tahajud gak?")
Saat itu emang masih jarang2, kalau ga capek ya ikut bangun, kalau masih berasa capek ya banyak alasan hihihi, tapi dia gak pernah maksa.. dan itu justru membuatku semakin malu, dan menjadi cambuk untuk ikut memperbanyak ibadah.. selepas shalat Shubuh selalu bertilawah, bergantian,,,, puasa senin kamis selalu diajaknya.. karena dia lebih tua dari saya, lebih seringnya dia menyiapkan makan sahur untuk saya.. wahh indahnya punya teman seperti dia, sudah berasa jadi saudara..

saat itu posisiku emang masih berpacaran, walaupun saya punya pacar tetapi memang kami jarang kontak, jangankan waktu LDR waktu satu  kota aja jarang kontak, jarang ketemu,, tapi hubungan itu sudah berjalan hampir 3th (waktu itu)..
Mendekati Ramdhan th 2014 mba Bida memutuskan untuk ke Ma'had, katanya disini terlalu banyak maksiat.. takut nanti jadi merasa terbiasa,, sebelum dia pamit, dia sempat memesankan sebuah buku berjudul "Malam Pertama di Alam Kubur" dan sebuah kerudung besar seperut..
Dia berpesan, "Ga, jadi Muslimah yang baik ya.. percuma kalau kita baik di mata manusia tetapi buruk di mata Allah, jangan mau jadi perempuan kontrakan.. cuma dijanjiin besok dinikahin, Islam memuliakan wanita dengan sangat baik.. tutup auratmu dengan hijab syarí... jangan mendekati zina, apapun bentuk pacaran entah bersama atau sekedar di dunia maya semua haram,, Hijrahlah ke jalan Allah dan RasulNya.. semoga Allah memudahkan setiap urusanmu,, "
mendapati kata2 demikian semakin mantap diri ini untuk berhijrah

Ku kabarkan pada pacarku untuk meminta kepastian, kalau memang serius maka setelah Idul Fitri ku minta untuk menghalalkan.. kalau memang tidak bisa maka harus tetap tinggalkan.. walaupun berat sekali saat itu untuk menepis perasaan itu.. iya selama 3th kita jalani tetapi dia tidak mau menepati janjinya menghalalkan, sedih, kecewa, sakit, depressi, etss lebay hihi
berpegang pd janji Allah, kalau kita meninggalkan sesuatu karena Allah pasti Allah akan berikan ganti yang jauh lebih baik lagi... pasti, karena itu janji Allah sendiri...

selanjutnya ku pakai uang tabunganku untuk membeli seset pakaian syarí yang ku beli secara online.. saat paketan tiba,, hati ini senang bukan main.. ada cadar yang ku pegang, tangan rasanya gemeteran... terfikirkan, yaa Allah saya sudah berniat untuk meniti hidup sesuai jalan Islam, jalan yang sesuai Al Qurán dan As Sunnah.. apakah saya bisa istiqomah? apakah saya mampu? saya takut saya tidak bisa bertanggung jawab, saya takut suatu saat nanti saya akan mengotori hijab saya dengan kemaksiatan lagi...
Merenung, berdiam diri, bismillah..
Hari pertama kerja mengenakan pakaian syarí, gamis hitam, kerudung hitam selutut.. semua teman sekantor menatap ke arahku... tak berani menatap balik, hanya menunduk saja dan fokus dengan pekerjaan.. ketika harus naik motor, gamis dan kerudung berkibar2, aisshhhh berat sekali rasanya kaya ketarik2 gitu,, kemana2 harus bawa stok kaos kaki ganti, panas dan gerah lebih terasa, beberes pun lebih ribet karena gerakannya lebih terbatas.. tapi itu semua bukan penghalang untuk kita tetap menjalankan kewajiban berhijab sesuai Al-Qurán..

alhamdulillah sejauh ini di tempat kerja aman2 saja, mendekati Idul Fitri.. harus mudik, apa kata keluargaku? karena memang saya tidak pernah membicarakan soal ini dengan keluarga,,
lebih kurang 5 hari sebelum Idul Fitri, saatnya pulang kampung.. masih dengan gamis dan kerudung yang sama.. karena memang hanya punya 1 set.. setiap hari pakainya itu2 aja, kalau dicuci baru pakai rok, dan kerudung yang diberikan oleh mba Bida..
Saat pulang ku beranikan diri memakai cadar, karena memang safar sendirian..
Sejauh itu juga aman2 saja, hanya tatapan2 mata yang menemuiku, bukan cercaan atau hinaan.. Its OK.. tapi belum bertemu titik puncaknya, ya keluarga....

karena memang rumah saya di pinggir jalan raya, jadi turun di jalan tidak perlu ke terminal.. turun dari bus, ada beberapa orang yang sedang berjalan.. saya tau, itu pak RT dan anaknya, mas Aris.. hanya menatap saya, tapi gak tanya.. hihi iya kan gak tau kalau saya Parga, wong berangkat belum kaya gini pulang udah beda kostum..

Sampai rumah, deg2an gak karuan, ngilu rasanya mau ketok pintu.. tapi gak mungkin mau ngoyorr di depan rumah sampe ada yang keluar kan?
ku beranikan diri untuk mengetuk pintu, dan yang membuka adalah adeku..
ku beri salam, mungkin suaraku kentara bingit hihi langsung ditanya, apa Parga?
langsung tak jawab, iya lah sapa mening? (iya lah, siapa lagi?)
dan ibu melihatku, bergeas aku masuk melepas cadarku, dan langsung ku salami beliau..
tidak ada kata2 yang keluar, tidak ada pertanyaan yang dilontarkan, hanya ekspresi kaget dan bingung yang nampak.. lalu bertanya "kok pakeanmu jadi gitu? ikut santri cungklang?"
sebutan untuk orang2 sini kalau ada yang berpakaian sunnah,,
saya jawab, "mboten bu, niki namung nderek prentahe Gusti Allah kalih Rasulullah mawon.." (engga bu, ini cuma ikut perintah Allah dan Rasulullah)
lalu disambungnya, "pakai yang kaya kemarin aja, gak usah gobor2 kaya gitu.. jadi orang mbok ya yang umum2 aja, pake kaya yang kemarin juga udah ketutup kok..
biasanya kalo orang yang udah pake pakaian kaya gitu jadi jauh sama saudara, mereka semaunya sendiri.. padahal kita hidup kan tolong temolongnya sama saudara"

Nahhh,, ini,, kata2 ini yang bikin degg.... pengen nangis.. wong aku pakai pakaian syarí aja niatnya udah sekian lama, wong menjadi lebih baik kok yo gak didukung.. asli nangis batin.. hiks hiks

sejauh perintah orang tua tidak bertentangan dg syariat pasti akan saya turuti, tetapi kalau perintahnya bertentangang dengan syaríat maka kita wajib untuk menolaknya, tapi susahnya emang berbaktinya itu... keputusan kita gak didukung, hati berteriak ingin didukung tetapi kenyataan berlawanan... gak cuma ibu, tapi termasuk keluarga dari ibu.. terutama pak lik - pak lik itu loh..
selalu menyambung2kan dengan urusan adat, kejawen,,
kebetulan saat itu ada kabar, seorang penganut sunnah meninggal.. dan tali pocongnya gak dibuka, desus2nya menjadi pocong..
dulu ada masjid yang lama gak dipake, dan mau dipakai oleh jamaah sunnah,, tapi pas pada ta'lim jamaan tersebut dilempari batu oleh warga sekitar..
tapi kalau diperhatikan di daerah mbah saya, desa penggalang namanya.. itu sama sekali gak ada orang yang berfaham sunnah, sama sekali gak ada.. karena fanatiknya masyarakat sekitar kepada mereka orang2 yang bercelana cingkrang dan berhijab besar..
langsung paman ngotot nyindir2, itu kalo orang ninggalin adat... orang jaman dulu tuh lebih tau, karena lebih dulu ngalamin.. makanya orang hidup jangan ninggalin adat, kaya gitu jadi bikin susah orang juga kan?
agama boleh agama, tapi gak usah terlalu.. yang penting shalat bisa doanya, Al Qurán bisa bacanya, zakat ya dibayar, syuku2 kuat haji,, Islam kan kaya gitu.. gak usah kebanyakan polah..
ketambahan mbah Uti ana, yang emang praktisi ritual2 gitu.. selalu pakai sesajen, mbah saya emang orang yang biasa dicari, katanya bisa sembuhin penyakit, bisa nemuin barang yang hilang, pokoknya bisa dimintai tolong gitu.. kalo saya main selalu bahasnya hijab,, "nganggo cindung mbokya aja sing kaya kandi, sumpeg ndelengnane,, rebyeg" maksudnya "pakai kerudung mbok ya jangan yang kaya karung, sumpeg liatnya, rembyeg"
yaa Allah rasane sakit banget, pengen nangis, syariat diolok2, dicaci, dipandang sebelah mata..

benar perjuangan paling berat adalah mendakwahkan sunnah kepada keluarga, apalagi kalau masih benar2 kental dengan adat dan kejawen..

Tetapi tidaklah akan ada kesulitan yang berterus2an, kesedihan yang berketerusan, walaupun keluarga tidak mendukung tapi alhamdulillah banyak sekali saudara seiman yang menguatkan, selalu memberi semangat, bahkan selalu siap memberikan bantuannya jikalau kita membutuhkan.. yaa, mereka adalah jamaah Ta'lim.. disana nampak begitu banyak bidadari2 yang selalu menemani kita, siap menuntun kita, siap menggenggam erat tangan kita, merekalah yang mambuat diri ini merasa tidak sendiri.. banyak diantara mereka yang perjuangannya jauh lebih berat, ujian saya belum ada apa2nya dibanding dengan ujian mereka.. dan ujian kita dalam membela Islam disini masih belum ada apa2nya dari pada memperjuangkan Islam di masa Nabi dulu.. inilah yang menjadi motivasi agar terus berpegang teguh.. inilah Islam, inilah jalan yang sesuai petunjuk baik A-Qurán dan As Sunnah..

semoga Allah memudahkan langkah kita dalam rangka menuju ridhaNya, semoga tetap teguh atas pendiriannya, semoga tetap istiqomah di jalan Sunnah.. semoga kita termasuk orang2 yang diberikan petunjuk, dan tidak kembali disesatkan selepas petunjuk itu diberikan..
ini cerita Hijrah saya, sekian mungkin lain waktu disambung lagi..
maaf kalau ada kata2 yang tidak berkenan di hati, mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan ini..
sekian shalihat, wassalaamuálaykum... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar