::. Hidup udah susah jangan dibikin tambah susah :-) Syukuri apa yang ada pada dirimu saat ini,, jangan selalu menuntut dan memaksakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.... Hidup hanya sekali tapi itu cukup kalau kita bisa mengerti apa tujuan kita hidup di dunia ini :D ckkck .::
Minggu, 05 Mei 2013
Sejarah Capoeira
Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo.
Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brazil oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brazil untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional, seperti berimbau (sebuah lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya) dan atabaque (gendang besar), dan ini juga lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktivitas seperti kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di tempat tinggal mereka yang bernama senzala. Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh “pemburu” profesional bersenjata yang bernama capitães-do-mato (kapten hutan).
Capoeira sangat erat dengan perjalanan sejarah bangsa Brasil, sejarah perbudakan. Pada abad ke 15 dan 16 budak-budak didatangkan dari Afrika bagian barat. Budak-budak berkulit legam ini menjadi salah satu komponen produksi produk perkebunan negeri Brasil yang saat itu dijajah bangsa Portugis.
Mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh orang-orang Portugis itu. Seperti hewan ternak, badan mereka diberi tanda dengan cap besi panas. Pada masa itu
mereka merupakan “komoditas yang berharga” serupa dengan kopi, gula, vanila.
Kekangan belenggu menumbuhkan hasrat untuk bebas. Mereka kemudian mengembangkan teknik bela diri untuk kepentingan membebaskan diri. Latihan
dilakukan sembunyi-sembunyi, dan sarana penyamaran yang paling baik adalah tarian. Karena di Afrika tarian adalah bentuk ekspresi yang paling popular,
maka para budak berlatih teknik serangan dan elakan Capoeira diiringi dengan musik, nyanyian, dan tarian.
Invasi Belanda pada 1624-1630 sempat mengacaukan perkebunan dan industri gula di Brasil. Peluang itu dimanfaatkan untuk melarikan diri ke dalam hutan
dan membentuk perkampungan. Perkampungan ini dikenal dengan nama Quilombos. Struktur politik dan sosial perkampungan ini mirip dengan suku-suku di
Afrika. Kampung ini dipimpin oleh seorang yang ditunjuk karena keberanian dan kemampuannya dalam menghadapi musuh.
Begitu Belanda hengkang dari Brasil, para pemilik budak mengirimkan pasukan bersenjata ke hutan-hutan untuk menangkapi budak-budak dan menghancurkan
perkampungan mereka. Para budak menyadari mereka kalah dalam persenjataan, mereka pun mengembangkan sistem bela diri yang mampu melawan senjata. Sistem bela diri ini disebut Capoeira de Angola.
Capoeira sendiri adalah nama tanaman semak belukar di sekitar mereka dan Angola adalah nama negara yang diyakini sebagai asal kelompok budak pertama
yang datang ke Brasil. Hingga kini Capoeira terbagi kedalam dua aliran besar, Capoeira de Angola dan Capoeira Regional. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri.
Pada tahun 1890 Capoeira dilarang oleh pemerintah. Hingga akhirnya pada tahun 1928 Manoel dos Reis Machado (Master Bimba) memperkenalkan EoLuta
Regional Baiana. Sebuah campuran antara Capoeira de Angola dengan Batuque (Capoeira jalanan). Belakangan aliran ini terus berkembang dan dikenal
dengan Capoeira Regional. Kini Capoeira tak lagi dikenal sekedar sebagai sistem bela diri. Capoeira kemudian diakui sebagai aset nasional berupa
tarian, olahraga, permainan sekaligus sebuah ekspresi seni akan kemerdekaan.
Biasanya capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi di tempat lapang dalam hutan yang dalam bahasa tupi-guarani (salah satu bahasa pribumi di Brazil) disebut caá-puêra – beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama quilombo, di tempat yang susah dicapai. Quilombo yang paling penting adalah Palmares yang mana penduduknya pernah sampai berjumlah sepuluh ribu dan bertahan hingga kurang lebih selama enam puluh tahun melawan kekuasaan yang mau menginvasi mereka. Ketua mereka yang paling terkenal bernama Zumbi. Ketika hukum untuk menghilangkan perbudakan muncul dan Brazil mulai mengimport pekerja buruh kulit putih dari negara-negara seperti Portugal, Spanyol dan Italia untuk bekerja di pertanian, banyak orang negro terpaksa berpindah tempat tinggal ke kota-kota, dan karena banyak dari mereka yang tidak mempunyai pekerjaan mulai menjadi penjahat.
Jika diperhatikan, teknik bela diri Capoeira sangat sedikit menggunakan tangan. Menurut perkiraan hal ini disebabkan oleh tangan-tangan para budak di belenggu rantai. Karena itu Capoeira banyak mengembangkan teknik-teknik menggunakan kaki. Fu Kiau, ilmuwan Kongo, berpandangan lain. Menurut dia, tradisi kuno di Afrika menganggap tangan seharusnya digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang baik, sementara kaki sebaliknya. Menurut pepatah kuno Kongo, Mooko mu tunga, malu mu diatikisa (tangan untuk membangun, kaki untuk menghancurkan).
Capoeira, yang sudah menjadi urban dan mulai dipelajari oleh orang-orang kulit putih, di kota-kota seperti Rio de Janeiro, Salvador da Bahia dan Recife, mulai dilihat oleh publik sebagai permainan para penjahat dan orang-orang jalanan, maka muncul hukum untuk melarang Capoeira. Sepertinya pada waktu itulah mereka mulai menggunakan pisau cukur dalam pertarungannya, ini merupakan pengaruh dari pemain capoeira yang berasal dari Portugal dan menyanyikan fado (musik tradisional Portugis yang mirip dengan keroncong). Pada waktu itu juga beberapa sektor yang rasis dari kaum elit Brazil berteriak melawan pengaruh Afrika dalam kebudayaan negara, dan ingin “memutihkan” negara mereka.
Setelah kurang lebih setengah abad berada dalam klandestin, dan orang-orang mepelajarinya di jalan-jalan tersembunyi dan di halaman-halaman belakang rumah, Manuel dos Reis Machado, Sang Guru (Mestre) Bimba, mengadakan sebuah pertunjukan untuk Getúlio Vargas, presiden Brazil pada waktu itu, dan ini merupakan permulaan yang baru untuk capoeira. Mulai didirikan akademi-akademi, agar publik dapat mempelajari permainan capoeira. Nama-nama yang paling penting pada masa itu adalah Vicente Ferreira Pastinha (Sang Guru Pastinha), yang mengajarkan aliran “Angola”, yang sangat tradisional, dan Mestre Bimba, yang mendirikan aliran dengan beberapa inovasi yang ia namakan “Regional”.
Sejak masa itu hingga masa sekarang capoeira melewati sebuah perjalanan yang panjang. Saat ini capoeira dipelajari hampir di seluruh dunia, dari Portugal sampai ke Norwegia, dari Amerika Serikat sampai ke Australia, dari Indonesia sampai ke Jepang. Di Indonesia capoeira sudah mulai dikenal banyak orang, disamping kelompok yang ada di Yogyakarta, juga terdapat beberapa kelompok di Jakarta. Banyak pemain yang yang berminat mempelajari capoeira karena lingkungannya yang santai dan gembira, tidak sama dengan disiplin keras yang biasanya terdapat dalam sistem bela diri dari Timur. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang penulis besar dari Brazil Jorge Amado, ini “pertarungan yang paling indah di seluruh dunia, karena ini juga sebuah tarian”.
Dalam capoeira teknik gerakan dasar dimulai dari “ginga” dan bukan dari posisi berhenti yang merupakan karateristik dari karate, taekwondo, pencak silat, wushu kung fu, dll…; ginga adalah gerakan-gerakan tubuh yang berkelanjutan dan bertujuan untuk mencari waktu yang tepat untuk menyerang atau mempertahankan diri, yang sering kali adalah menghindarkan diri dari serangan.Gerakan dasar Capoeira yang dinamai ginga ini mirip sama orang lagi menari, tapi ini sebenarnya sejenis kuda – kuda.Yang namanya kuda – kuda kalau dilakukan tidak sempurna sudah pasti gampang diserang lawan. Tapi yang unik jadi kuda – kuda pada Capoeira ini selain berguna untuk bertahan dari serangan lawan sekaligus sebagai ancang – ancang untuk menyerang.
Dalam roda para pemain capoeira mengetes diri mereka, lewat permainan pertandingan, di tengah lingkaran yang dibuat oleh para pemain musik dengan alat-alat musik Afrika dan menyanyikan bermacam-macam lagu, dan pemain lainnya bertepuk tangan dan menyanyikan bagian refrein. Lirik lagu-lagu itu tentang sejarah kesenian tersebut, guru besar pada waktu dulu dan sekarang, tentang hidup dalam masa perbudakan, dan perlawanan mencapai kemerdekaan. Gaya bermain musik mempunyai perbedaan ritme untuk bermacam-macam permainan capoeira, ada yang perlahan dan ada juga yang cepat.
Capoeira tidak saja menjadi sebuah kebudayaan, tetapi juga sebuah olahraga nasional Brazil, dan para guru dari negara tersebut membuat capoeira menjadi terus menerus lebih internasional, mengajar di kelompok-kelompok mahasiswa, bermacam-macam fitness center, organisasi-organisasi kecil, dll. Siswa-siswa mereka belajar menyanyikan lagu-lagu Capoeira dengan bahasa Portugis – “Capoeira é prá homi, / mininu e mulhé…” (Capoeira untuk laki-laki, / anak-anak dan perempuan).
Di Indonesia, sama seperti di negara-negara yang lain, kemungkinan Capoeira akan semakin berkembang.
Beberapa gerakan dalam Capoeira:
1. Ginga
2. Handstand
3. Backflip
4. Headspin
5. Handstand Whirling
6. Flare
Flare, Headspin, Windmill harus bisa ke kiri dan ke kanan
Dengan musik dan olah gerak yang dinamis memang bikin Capoeira jadi sesuatu yang enak dinikmati. Makanya tak heranlah kalau Capofest digelar disebuah pusat pertokoan di Jakarta mulai tanggal 23 hingga 27 Juli 2009 selalu mengundang orang untuk nonton.
Festival ini diselenggarakan International Sinha Bahia de Capoeira (ISBC) sebuah perguruan Capoeira bersertifikat international bekerjasama dengan Kedutaan Besar Publik Brazil di Indonesia
http://nabilmufti.wordpress.com/2010/02/23/sejarah-bela-diri-capoeira/
Sumber : http://history55education.wordpress.com/2011/08/24/sejarah-bela-diri-capoeira/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar